Saat memasuki musim hujan, terdapat beberapa daerah yang termasuk lokasi rawan tanah longsor. Beberapa lokasi bahkan termasuk kategori langganan bencana alam ini setiap tahun dengan kejadian di titik-titik yang sudah masuk kategori kritis. Dalam beberapa kasus memang bencana ini sudah diprediksikan, tetapi banyak lagi kasus yang tidak disadari bahkan masyarakat yang tinggal di lokasi banyak yang tidak mengetahui potensi bencana ini. Dalam hal ini memang diperlukan beberapa beberapa pihak untuk melakukan upaya mitigasi bencana tanah longsor ini. Pemerintah daerah dengan ditunjang direktorat geologi, direktorat vulkanologi atau dinas pertambangan, serta para peneliti kebencanaalaman harus bersatu padu untuk membantu mengatasi hal ini khususnya secara preventif sebelum terjadinya bencana. Tindakan preventif dapat dilakukan jika ada kesadaran dan pemahaman masyarakat sekitar lokasi rawan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cara dan salah satunya adalah melalui kegiatan edukasi mitigasi bencana alam kepada para siswa di sekolah-sekolah.

Tanah longsor menyebabkan banyak pihak menjadi korban

Tanah longsor menyebabkan banyak pihak menjadi korban


Contoh kerugian material akibat tanah longsor

Contoh kerugian material akibat tanah longsor

Bencana alam yang sering terjadi umumnya dapat terjadi sewaktu-waktu dimana saja. Untuk Jawa Tengah saja tercatat beberapa daerah seperti wilayah Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga atau Karanganyar merupakan daerah yang kerap didera bencana tanah lonsor ini. Khusus untuk bencana tanah longsor maka sebenarnya dapat diteliti secara rinci titik-titik lokasi yang berpotensi untuk menimbulkan bencana secara awal. Untuk diketahui setiap terjadinya bencana alam maka akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikitmeliputi kerugian material dan lingkungan, bahkan terkadang juga menimbulkan korban jiwa. Kerugian material dapat mencakup harta benda dan rumah milik perseorangan tetapi juga dapat berupa sarana fisik untuk umum seperti bangunan sekolah, masjid, sarana jalan, jembatan atau fasilitas lain. Apabila telah diketahui tingkat risiko terjadinya bencana di suatu titik, maka dapat dilakukan langkah antisipasi semaksimal mungkin untuk menekan kerugian seminimal mungkin.

Ada beberapa karakteristik titik lokasi bencana tanah longsor yang sering terjadi. Lokasi ini pada dasarnya menjadi kritis karena keadaan alamiah medan lokasi itu sendiri dari sisi geologis dan dari sisi topografis, namun juga hal ini dapat terjadi karena faktor buatan adanya perlakuan oleh manusia yang kurang tepat.

Penggundulan hutan yang tidak memperhatikan lingkungan

Penggundulan hutan yang tidak memperhatikan lingkungan


Lahan kritis rawan longsor akibat ulah semena-mena manusia

Lahan kritis rawan longsor akibat ulah semena-mena manusia

Untuk faktor alamiah lokasi rawan bencana tanah longsor misal untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring dengan kemiringan lebih dari 20 derajat. Daerah seperti ini akan rawan untuk berpotensi longsor apalagi tanah di lokasi ini tidak memiliki daya dukung yang mampu mencegah kelongsoran. Beberapa daya dukung geologis yang mampu mencegah kelongsoran pada lokasi seperti ini adalah jika lereng memiliki alas berupa batuan kompak, lereng batuan yang berlapis searah dengan lereng topografi atau lereng yangtersusun oleh blok-blok batuan.

Kondisi tanah yang rawan longsor ini terjadi pada faktor alam meliputi (1) Kondisi geologi seperti batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api; (2) Iklim : curah hujan yang tinggi; (3) keadaan topografi berupa lereng yang curam; (4) Keadaan tata air misal berupa kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika; serta (5) Tutupan lahan yang mengurangi lahan tahan geser misal tanah kritis.

Selain faktor alam maka bencana tanah longsor dapat terjadi karena faktor ulah manusia seperti (1) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal; (2) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng; (3) Kegagalan struktur dinding penahan tanah; (4) Penggundulan hutan; (5) Budidaya kolam ikan di atas lereng; (6) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman; (7) Pengembnagan wilayah yang tidak diimbangi dnegan kesadaran masyarakat sehingga rencana umum tata ruang tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri; dan (8) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

Dalam rangka pemahaman situasi potensi bencana alam seperti ini perlu ditularkan kepada seluruh elemen masyarakat, tidak terkecuali kepada para pelajar di sekolah. Hal ini diharapkan dapat diupayakan sebagai bahan edukasi yang baik khususnya terkait tentang lingkungan sekitar. Secara khusus siswa perlu dikenalkan tentang materi kebencana-alaman dari perspektif lokal yang mungkin terjadi di daerah tersebut serta upaya preventif yang mungkin dilakukan.

Kondisi kritis di lereng yang gundul

Kondisi kritis di lereng yang gundul

Materi tentang pengenalan jenis-jenis bencana alam dan potensi kerugian yang dapat terjadi. Selanjutnya dikenalkan tipe kondisi alam secara teoritik dan kemudian dilakukan pola pengenalan kondisi geologis yang ada di daerah sekitar mereka. Tidak kalah pentingnya adalah upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana alam serta upaya penyelamatan diri jika terjadi bencana menimpa mereka. Selain uraian teoritis maka dapat pula disajikan praktek keterampilan dengan menggunakan alat peraga atau pengamatan lingkungan dengan materi-materi antara lain :

-Praktek model simulasi talud vertikal dan horisontal dalam kaitannya untuk menimbulkan bencana tanah longsor

-Praktek model simulasi kemiringan tanah longsor

-Praktek model simulasi erosi yang mungkin terjadi pada tanah gundul atau tanah dengan pohon pelindung

-Praktek model simulasi kandungan air tanah terkait dengan potensi longsor

-Survey pengenalan jenis-jenis tanaman pencegah erosi

-Survey pengenalan jenis retakan tanah atau indikator lain tanah yang rawan longsor

-Praktek reboisasi dan penanaman bibit pohon di lahan kritis

Materi di atas tentu saja akan dirasa terlalu berat jika dilakukan secara khusus dan dengan teknik penyampaian teoritis. Oleh karena itu diperlukan upaya teknik khusus dalam penyampaian materi dalam bentuk penyisipan pada beberapa pelajaran terkait. Materi pelajaran dapat disisipkan ke materi yang sudah ada ataupun penambahan secukupnya tanpa mengurangi kompetensi setiap pelajaran yang sudah ada. Beberapa materi dapat dilakukan juga dengan kegiatan keterampilan atau saat kegiatan bebas untuk kegiatan lapangan. Apabila materi dikemas dengan baik oleh guru maka siswa akan merasakan manfaatnya dengan baik dan akan tumbuh kepedulian dalam diri mereka akan kondisi alam di lingkungan sekitar mereka.

Demikian semoga hal ini dapat diterapkan sebagai materi sisipan pada beberapa pelajaran yang diajarkan di sekolah. Lebih khusus lagi kalau untuk daerah yang rawan bencana tanah longsor untuk mewajibkan materi sisipan mitigasi bencana tanah longsor ini. Dengan timbulnya kesadaran oleh siswa sejak awal maka diharapkan akan terjadi penularan pengetahuan yang bertahap ke orang tua dan masyarakat sekitar. Dari sini lebih jauh lagi dimungkinkan terjadinya penurunan kasus kejadian bencana longsor yang banyak menelan korban dan kerugian.

Iqmal Tahir

Tinggalkan komentar