Pengalaman pertama memang berkesan dan sukar dilupakan. Biasanya hal ini akan sangat membekas bagi yang mengalaminya, entah itu pengalaman yang menyenangkan atau tidak. Hal yang mengesalkan adalah bila satu pihak membuat pengakuan tetapi pihak yang lain tidak mengakuinya karena suatu alasan. Demikian juga dengan pengalaman yang ingin saya ceritakan berikut bersama KH Zainudin MZ, sang Dai Sejuta Umat. Kalau pengalaman saya ini tentu saja tidak perlu membutuhkan pengakuan atau keterangan resmi dari sang Dai. Berbeda untuk pengalaman pertama yang dialami oleh Aida Saskia yang sepertinya sangat berharap pada pengakuan sang dai entah untuk alasan apa.

Pengalaman yang saya ceritakan ini cuma sekedar pengalaman mendengarkan ceramah belaiau secara langsung. Agak wagu mungkin kalau pembaca menilai hal ini, tetapi kalau dikaitkan dengan konteks waktu saat pengalaman ini terjadi mungkin bisa memaklumi. Hal ini terjadi sekitar tahun 1989 waktu saya masih kuliah di Yogyakarta.

Waktu itu ceramah KH Zainudin MZ mulai dikenal dengan ceramah yang ditayangkan di beberapa radio lokal di Yogyakarta dan di berbagai radio di berbagai daerah lainnya. Ceramah beliau yang dikemas dalam satu topik dengan durasi sekitar 40-50 menit akan ditayangkan secara bersambung di radio-radio dalam masa tayang udara sekitar 10 menit. Ceramah singkat beliau ini memang menarik pada saat itu dan memancing peminat sendiri. Model ceramah dengan gaya bicara yang bersemangat dengan logat betawi yang khas, tentu saja dibumbui dengan materi yang kontekstual dan relevan dengan situasi saat itu. Yang menarik lagi tentu saja bumbu humor dalam materi ceramahnya tersebut yang membuat pendengar tertawa atau minimal tersenyum getir setelah mendengar sindiran yang memang kadang menohok kita.

Sosok dai sejuta umat KH Zainudin MZ


Ceramah beliau saat itu dikemas dalam topik-topik tertentu dengan menggunakan media kaset rekaman. Saat itu kaset yang diproduksi sampai tersedia dalam puluhan judul dengan harga tidak lebih dari dua ribu rupiah. Kaset ini banyak diperjualbelikan di toko kaset, toko buku atau melalui perorangan. Saya saat itu juga memiliki beberapa buah kaset ceramah dari KH Zainudin MZ ini. Saat itu karena fenomenalnya ceramah beliau di berbagai pelosok tanah air inilah yang kemudian berhasil menarik banyak penggemar fanatik. Oleh karena itu kemudian beliau mendapat julukan sebagai Dai Sejuta Umat.
Selain penggemar fanatik untuk mendengarkan ceramah lewat radio dan lewat rekaman kaset, selanjutnya beliau menarik penggemar untuk mendengarkan ceramah secara langsung. Hal ini kemudian dikemas melalui event organizer tertentu yang akan mengundang beliau untuk menyampaikan ceramah di berbagai daerah. Ceramah KH Zainudin MZ saat itu banyak dilaksanakan di gedung atau tempat terbuka untuk dihadiri oleh banyak orang yang memang khusus datang untuk ingin mendengar materi pengajian yang akan disampaikan. Untuk dapat menghadiri pengajian ini, pengunjung harus rela membayar uang sebagai tiket masuk pengajian dan di dalam juga berdesak-desakan dengan pengunjung yang lain.

Animo menghadiri pengajian KH Zainudin MZ ini juga menarik banyak kalangan muda saat itu tak terkecuali saya sendiri. Pada waktu itu memang saya tertarik sekali dengan gaya orasi yang disampaikan kyai ini lewat radio. Kemudian setelah ada informasi bahwa kyai ini akan memberikan pengajian di Yogyakarta, saya pun tertarik untuk ikut datang menonton dan mendengar materi pengajian yang akan disampaikan. Pengajian beliau dilakukan di stadion tertutup Kridosono yang biasanya merupakan tempat untuk pertandingan bulutangkis atau bola volley, di bilangan wilayah Kotabaru Yogyakarta. Saya datang bersama seorang teman yang memang jauh lebih fanatik terhadap beliau, kalau saya hanya sekedar senang dan suka ketawa saat mendengar celetukan dan gaya bicara beliau yang khas. Untuk masuk tentu saja harus membayar tiket pengajian yang saat itu sebesar tiga ribu rupiah kalau tidak salah.

Di dalam gedung tentu saja banyak sekali orang yang memang datang untuk mendengar ceramah beliau secara langsung. Saat itu sebagian besar pengunjung duduk menempati tempat duduk penonton di bagian tribun dan sebagian besar lagi pengunjung yang tidak tertampung duduk lesehan di lantai stadion. KH Zainudin MZ tampil dengan baju yang khas beliau lengkap dengan surban sebagai asesoris wajibnya. Saat di panggung, beliau tampil menyedot perhatian para pengunjung dengan penyampaian materi dakwah yang disajikan dengan gaya orasi yang sangat khas dan kental dengan logat betawi. Para pengunjung akan bertepuk tangan dan tertawa lepas saat ada celetukan yang menghibur, bahkan saat ungkapan satire yang menyindir keseharian para pengunjung pun dapat menjadikan bahan tawa yang menghibur. Tampilan beliau yang berlangsung tak lebih dari dua jam itu pun akhirnya selesai dan pengunjung pun terpuaskan dengan penampilan one man show oleh beliau itu.

Pembaca jangan tanya materi apa yang disajikan pada saat acara pengajian di stadion Kridosono itu. Saya sendiri malah tidak ingat persis apa yang disajikan sebagai inti dari pengajian. Saat itu memang saya lebih banyak terhibur oleh banyak celetukan segar yang disampaikan. Memang sih saat itu inti materi pengajian mungkin masuk. Akan tetapi kalau tidak sampai membekas dalam hati, mungkin karena sebenarnya inti pengajian sama dengan kalau disampaikan oleh penceramah-penceramah yang lain. Kelebihannya adalah cara penyampaian yang menarik dan berbeda dari para penceramah lain tersebut.

OK Demikian saja cerita pengalaman pertama saya yang terkait dengan KH Zainudin MZ. Pembaca jangan berharap saya ada tulisan pengalaman khusus dengan beliau, seperti halnya pengalaman dari Aida Saskia. Masak saya juga begitu. Namanya jeruk makan jeruk dong…

Terakhir terkait dengan pengungkapan pengalaman saya ini lewat blog, saya tidak bermaksud minta klarifikasi kepada dai kondang ini. Kalaupun ada pembaca curiga saya menulis ini untuk memancing popularitas saya, sepertinya tidak lah, buang jauh-jauh saja kecurigaan tersebut. Kalau sekedar mengundang pengunjung blog bertambah, itu sih biasa, setiap posting tulisan saya selalu berharap ada pembaca yang setia berkunjung. Selamat membaca.

 

Iqmal Tahir

Satu tanggapan »

  1. Akram berkata:

    🙂
    Waktu itu, jamaahnya berdiri?>

  2. Akram berkata:

    🙂
    Waktu itu, jamaahnya berdiri atau tidur?

  3. Endang S berkata:

    Iya memang…… yen dai lucu ki sing inget cuman lucune. Yen dai serius sing diingat cuman seriuse. Sing diomongke opo… lali kabeh. Coba aja tanya pada orang yang habis pengajian dengan dai yang lucu, pasti yang diinget ya guyonane itu….

    • Iqmal berkata:

      Haha… memang kayak gitu ya, tapi kalau gak lucu, pengunjungnya malah nganthuk tertidur… jadi ya harus pintar-pintar lah mengaturnya…

  4. erry berkata:

    jadi yang dingat yang lucu apa isi dakwahnya…

Tinggalkan Balasan ke Iqmal Batalkan balasan