Bagi yang suka makan permen, mungkin pernah mengenal permen Davos. Sebagian pembaca mungkin akan mengira saya sedang promosi permen, tetapi tidak apalah lagipula ini kan produk dalam negeri sendiri dan asli dari daerah saya. Jadi kalau pemilik pabrik permen ini membaca tulisan saya ini bolehlah kirim permen ke saya, akan diterima dengan senang hati.

Permen Davos yang pedas semriwing.

Permen ini permen berbentuk lingkaran dan dikemas berbentuk tabung. Rasa permen ini adalah mint pedas. Semriwing….. kalau orang Purbalingga bilang. Waktu kita membuka permen Davos ini dari bungkus kertas warna biru itu, kemudian tampak lapisan kertas grenjeng. Lingkaran permen ini akan segera terlihat dan memancing untuk segera dimakan.

Permen ini ternyata sangat dikenal oleh banyak orang di jaman dulu. Merek permen ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1931. Saat ini permen Davos diproduksi oleh PT Slamet Langgeng Purbalingga. Pemasaran produk ini cukup besar dan  kini telah merajai pasar lokal di wilayah Jateng, DIY, sebagian Jatim, Jabar dan DKI Jakata. Bahkan, DIY merupakan pasar yang paling bagus. Produsen permen yang merupakan industri kelas menengah dilakukan di pabrik di di Jalan A Yani 67  Kelurahan Kandanggampang, Purbalingga, Jawa Tengah. Mungkin bagi orang Purbalingga ini sendiri boleh jadi tidak mengenal keberadaan pabrik ini, tetapi mesti jauh lebih mengenal permen ini.

Bungkus permen ini relatif khas warna biru tua dengan tulisan warna putih. Permennya sendiri berwarna putih. Selain bungkus yang khas, maka bentuk lingkaran putih dari permen ini juga khas dengan tulisan DAVOS terukir di tengah-tengahnya. Di tengah persaingan pasar permen yang sangat banyak sekarang ini, ternyata permen ini masih dapat bertahan untuk mempertahankan kekhasan ini. Kalau saat ini banyak dijumpai permen dengan berbagai macam bentuk, rasa, bahkan warna, maka permen Davos tetap setia dengan tampilan dan citarasa yang asal. Boleh saja kita sebut sebagai permen tampilan klasik kalau mau meniru orang pemasaran saat ini.

Seperti dikutip dari Banyumasnews.com, menurut Nicodemus Hardi, managing director PT Slamet Langgeng, permen ini dirintis oleh Siem Kie Djian pada 28  Desember 1931. Dalam perjalanan zaman, perusahaan dilanjutkan anaknya, Siem Tjong An. Enam tahun berikutnya, bisnis  diteruskan lagi ke anak dan menantu Tjong An: Toni Siswanto Hardi dan Corrie Simadibrata, yang juga generasi  kedua.Selanjutnya diturunkan ke Budi Handojo, sebagai generasi ketiga. Kini, sebagai generasi keempat penerus usaha itu  Nicodemus Hardi. Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan sempat tersungkur dan baru bangkit lagi sesudah 1945. Perusahaan berganti  nama menjadi PT Slamet Langgeng & Co., yang memproduksi permen mint Davos, Kresna, Alpina, dan Davos Lux.

Nama Slamet Langgeng diambil dari nama gunung terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Purbalingga: Gunung Slamet.  Sedangkan Davos terinspirasi dari nama kota berhawa sejuk di Swiss yang dianggap cocok menggambarkan dinginnya permen mint  ini.

Proses pembuatan dan pengemasan permen.

Permen Davos siap dikemas.

Dari sisi kemasan, maka kertas biru dengan tulisan putih itu tetap tidak berubah sejak dulu saya mengenal. Mungkin yang berbeda adalah bagian tulisan yang menyebutkan tanggal kedaluwarsanya saja.

Bungkus permen Davos yang khas dengan warna birunya.

Permen Davos dibuat dari 98 persen gula pasir dan sisanya mentol serta zat pengikat. Tidak ada zat pewarna, pegawet  maupun pemanis untuk produk ini. Daya tahan permen ini bisa 1,5 tahun hingga 2 tahun. Permen dicetak dalam bentuk lingkaran seperti koin dengan diameter 2,2 cm.

Saat ini harga permen Davos di pasaran adalah Rp 1.000,00 per bungkus. Kalau mau beli saja per pak dalam plastik bening berisi 10 bungkus dengan harga Rp 7.500,00. Kalau mau murah lagi, ya sekalian beli yang kemasan besar lagi. Tapi nanti mabuk permen lho, kecuali mau untuk dibagi-bagi.

Dengan makan permen ini bisa saja untuk dikunyah saat beraktivitas di kantor atau mengemudi. Lumayan buat menahan rasa kantuk dengan rasa pedasnya. Saya kalau sedang stress karena pekerjaan, maka kalau mengkonsumsi permen ini bukan dengan jalan mengulum seperti biasanya tetapi dengan jalan mengunyahnya untuk merasakan pedasnya yang khas. Yang mau bilang rakus, ya biarin. Makan permen ini banyak paling cuma kepedasan saja tidak ada efeknya pada perut.

Asyik makan permen nih...

Saya punya kisah unik tersendiri dengan permen ini. Saya pernah membawa permen ini ke Malaysia tempat saya belajar. Permen saya letakkan di meja tempat kerja. Sewaktu pembimbing saya datang dan melihat permen ini ternyata beliau langsung mengenali produk permen ini. Dan akhirnya beliau bernostalgia dengan pengalamannya sewaktu pernah tinggal di Indonesia dan juga ternyata beliau pernah jadi konsumen permen ini.

Hayo siapa lagi yang pernah makan permen ini ?

Iqmal Tahir

Satu tanggapan »

  1. gosipnya merokok mentol bisa menurunkan kualitas sperma, klo kebanyakan mengkonsumsi permen davos apa kira2 efeknya sama juga? Tapi kita sama pak, sama-sama penggemar permen pedes termasuk davos ini. Saya baru tahu klo pabriknya di purbalingga, ngomong2 itu foto2 didapat dari lapangan atau gunting tempel dari sumber skunder ?

    • Iqmal berkata:

      Halo Jeli. Thanks sudah mampir.
      Masih merokok nih ceritanya ya ? hehe… Jawabannya kok gak tahu persisnya ya. Lha buktinya yang sudah hobby makan permen davos ya tetap saja berkualtias tuh…
      Foto yang gambar di pabrik dapat di banyumasnews.c0m, yang gambar bungkus dari scan sendiri…

  2. widhi berkata:

    Threat yang bagus pak iqmal,…ga sengaja ketemu blognya pak iqmal…Permen saya dari kecil tuh,….ternyata bikinan purbalingga tho..tak pikir impor..heheh..namanya berbau asing sih…Pak Iqmal salam jumpa ya..lama ga ketemu. saya dulu bimbingannya pak Bambang purwono.

    • Iqmal berkata:

      Namanya mungkin diambil dari nama kota di Swiss sih itu…
      Agak lupa juga sama Widhi. ketemu lagi dulu di blog ya…Sekarang kerja di mana nih ?

  3. Joe berkata:

    selamat malam pak iqmal.

    posisi saya di jakarta, saya sudah mencari-cari permen davos disini tetapi tidak ketemu juga.

    apakah bapak mempunyai nomor contact orang yg menjual permen davos? karena saya berencana untuk memesannya. terima kasih 😀

    • Iqmal berkata:

      waduh, saya bukan PR mereka nih pak…tapi paling mudah kontak 107 wilayah purbalinggam jadi hubungi saja 0281-107, mesti mereka punya informasi ini… salam kepedasan…

  4. Melia berkata:

    Aku bru sekarang liat permen davos, padahal udh penasaran dari dulu2, akhirnya ketemu juga,, ternyata gak kalah sama permen2 yang jaman sekarang,,

  5. anisa retno berkata:

    lha mas.. ini permen kesukaannya eyang jayus.. dulu kalo tindak kemana2 ngajak aku, pasti bawa permen ini di tasnya. jadi aku pikir ni permen identik sama permen nenek2 haha! cuma sekarang eyang mesti kan ndak boleh dahar permen ini :p di jakarta dmn ya bs nemu davos? jadi kangen pengen makan davos nih…

  6. bralling berkata:

    Kang Iqmal wong Purbalingga ya? Pada bae karo nyong.
    Pemen kesukaan ane nih waktu kecil,kalo pergi2 naik bis pasti bawa ni permen.

  7. Andystar berkata:

    Ahahahah keren nih permen, ^_^ sekarang masih ada gak ya?

    • Iqmal berkata:

      Masih diproduksi kok dengan kemasan yang tetap bertahan warna biru….
      Kalau di Purbalingga dan sekitarnya, masih banyak dijual di toko-toko kelontong di sana….

  8. kusnanto berkata:

    ternyata ada juga yang menulis tentang permen davos, btw kog enggak nulis lagi mas?

  9. irwanto berkata:

    Enak bener lo.. Sehari sy bisa habis 2 sampe 3 pak terutama pas agak2 stress karena kerjaan menumpuk

Tinggalkan Balasan ke Iqmal Batalkan balasan