Peristiwa yang sangat mengejutkan baru-baru saja terjadi yang menimpa kejadian di Lapas Cebongan Sleman Yogyakarta. Sebanyak empat orang tahanan titipan dari POLDA DIY ke lapas tersebut dihabisi secara mengenaskan oleh sekelompok orang yang menyerbu masuk ke dalam kompleks tahanan tersebut. Kelompok penyerbu ini yang akhirnya diketahui adalah anggota Kopassus TNI Angkatan Darat melakukan aksinya dengan motif solidaritas korps. Jadi asal mula peristiwa penyerbuan ini adalah kasus pengeroyokan secara keji terhadap seorang anggota korps tersebut di tempat hiburan malam Hugos Cafe – Yogyakarta. Pelaku pengeroyokan ini adalah para preman yang menguasai tugas keamanan di kompleks tersebut. Beberapa waktu kemudian ternyata kasus ini merembet ke pengeroyokan yang berikutnya terhadap seorang anggota TNI lain yang juga dilakukan oleh kelompok preman yang sama. Dari dua kasus inilah yang kemudian memancing ketegangan bahwa akan terjadi aksi balas dendam terhadap para preman ini. Pihak kepolisian waktu itu akhirnya dapat menangkap sebagian pelaku sejumlah empat orang. Terpicu dari peristiwa sebelumnya yang melibatkan penyerbuan kompleks kepolisian di daerah Ogan Komering Ulu oleh sekelompok tentara maka pihak Polda berinisiatif menitipkan tahanan ke pihak Lapas. Belum genap 24 jam kemudian terjadilah penyerbuan ke dalam Lapas yang berakibat kematian empat tahanan ini.

Peristiwa ini memang sangat mengejutkan berbagai kalangan khususnya yang terkait pelaksana hukum. Hal ini karena lapas merupakan kawasan tertutup yang harus dijaga secara ketat. Memang harus diakui kalau selama ini lapas cukup ketat memberikan keamanan secara internal, tetapi dalam kasus ini sangat mengejutkan kalau kemudian dapat diserbu melalui aksi yang sangat rapi dan terlatih. Empat orang target yang dihabisi itu memang tergolong preman yang menguasai dunia hitam di kawasan Yogyakarta dan salah satunya malah tergolong residivis karena sudah beberapa kali keluar masuk penjara.

Gedung Lapas Cebongan - lokasi aksi penyerbuan preman tahanan Polda

Gedung Lapas Cebongan – lokasi aksi penyerbuan preman tahanan Polda


Imbas dari kejadian penyerbuan ini adalah terjadi pro dan kontra. Yang mendukung adalah sebagian besar masyarakat yang biasanya resah akan keberadaan preman-preman tersebut yang sering mengganggu kondisi sosial wilayah sekitar. Pihak yang sangat tidak setuju adalah kalangan yang terkait dengan penegakkan hukum dimana hal ini termasuk pelanggaran HAM. Terlepas dari pro dan kontra tersebut, memang saya setuju untuk dilakukan upaya penertiban keamanan wilayah secara lebih baik lagi. Keberadaan tempat hiburan malam sering dan hampir tidak bisa lepas dari penggunaan bahan konsumsi yang terlarang seperti minuman beralkohol, obat-obatan terlarang dan narkotika. Bahkan ditengarai sering tempat hiburan malam seperti ini juga terkait dengan aktivitas seks yang bebas. Dalam hal seperti ini jelas akan mengundang aksi-aksi rawan yang sering mengundang kekacauan seperti perkelahian dan kejahatan lain. Kalau sudah seperti ini akan melibatkan aksi preman atau bahkan oknum yang berebut untuk dapat menguasai kawasan tersebut. Para preman seperti inilah yang kemudian sering menjadi biang keladi berbagai kejadian yang meresahkan. Kalau para preman seperti ini susah untuk diberantas mungkin akan lebih mudah untuk dilakukan upaya penutupan kawasan hiburan malam seperti ini.

Para preman seperti ini umumnya memiliki kekuatan khususnya berani untuk melakukan kontak fisik seperti berkelahi bahkan dengan senjata tajam. Para preman ini kebanyakan tidak memiliki jiwa ksatria karena mau melakukan pengeroyokan terhadap korbannya jika diperlukan. Oleh karena itu memang sangat sukar untuk dapat memberantas mereka karena menyangkut kepentingan kelompok preman tersebut.

Ciri para preman ini umumnya diidentikkan dengan keberadaan tatto pada anggota tubuh preman tersebut. Memang tidak semua orang yang bertatto ini kemudian dianggap sebagai seorang preman. Tetapi memang hampir kebanyakan para preman termasuk para residivis yang pernah masuk penjara umumnya memiliki tatto.

Terkait dengan pemberantasan preman ini, pada tahun 80an pernah dilakukan aksi yang dikenal sebagai Petrus atau Penembak Misterius. Aksi ini pernah dapat menekan jumlah preman dan membuat mereka tidak berkutik. Hal ini karena para preman benar-benar dihabisi tanpa melalui aksi hukum yang sebenarnya. Ekses dari petrus ini adalah saat itu banyak orang yang merasa sebagai preman menjadi ketakutan bahkan juga orang-orang biasa pun ikut ketakutan. Mereka ketakutan karena memiliki tatto di tubuh mereka sehingga menempuh berbagai cara untuk menghapus tatto yang ada di tubuhnya.

Tatto preman - ini kayaknya alumni kimia

Tatto preman – ini kayaknya alumni kimia


Jadi soal preman bertatto ini yang harus diberantas ini ternyata baru-baru ini di rumah kami juga telah berlangsung pemberantasan preman juga. Dengan menggunakan aksi yang cukup berani menggunakan pisau tajam maka aksi ini telah berlangsung. Pemberantasan ini dilakukan di atas meja dan diawali dengan aksi membelah korban yang bertatto tersebut. Setelah terbelah kemudian dilakukan aksi menguliti dan diakhiri dengan memakannya.
Telur asin pun pakai tatto, jadi harus diberantas habis.

Telur asin pun pakai tatto, jadi harus diberantas habis.


Tapi pemberantasan korban bertatto yang di meja makan ini jangan dianggap macam-macam. Korban bertatto ini bukan preman yang sesungguhnya melainkan hanya telur asin. Jadi memang telur asin yang diperjualbelikan di pasar ini memang bertatto seperti halnya para preman itu. Kulit telur ini biasanya dicap produsen pembuat telur asin itu, jadi mirip tatto yang digambarkan di kulit manusia. Jadi telur asin inilah yang merupakan preman di meja makan.

Yang jelas preman yang satu ini memang enak dan patut dihabisi untuk lauk makan. Apalagi untuk telur asin dari daerah Brebes yang kaya akan bahan Omega dengan tekstur yang masir….

Salam damai.

Satu tanggapan »

  1. Ika Koentjoro berkata:

    Kalo preman yang paling bawah tuh aku suka 😀

Tinggalkan komentar