Saya beberapa kali pindah tempat makan hanya karena alasan sepele. Sepele mungkin bagi beberapa orang, tetapi menjengkelkan sekali bagi yang mengalaminya.

Kadang-kadang memang kami memerlukan beli makanan dari luar untuk dibawa pulang. Untuk makanan seperti gorengan, roti bakar, martabak atau makanan sejenis yang memang harus dibawa pulang, memang tidak ada masalah. Pengunjung datang dan antre untuk dilayani. Hal yang sama sebenarnya untuk makanan yang memerlukan waktu penyajian khusus, seperti bakso, mi ayam, mi jawa dan lain-lain. Hanya saja untuk jenis ini, antre pengunjung akan relatif lebih lama dan tentu saja bosan untuk menunggu pesanannya.

Saya menyiasati waktu tunggu yang lama ini dengan memesan juga satu porsi makanan untuk disantap di warung itu. Jadi sambil menunggu bisa langsung menikmati minuman yang lebih cepat dihidangkan dan kemudian pesanan makanan datang. Setelah selesai makan, baru mengambil pesanan yang untuk dibawa pulang.

Mi ayam pesanan

Mi ayam pesanan


Idealnya begitu. Namun ada saja beberapa warung yang tidak profesional. Saya pesan makan satu untuk dimakan di tempat dan beberapa untuk dibawa pulang. Untuk pesanan makanan dan minuman yang dimakan di tempat itu tidak ada masalah. Tetapi begitu selesai makan dan akan membayar, ternyata makanan yang dipesan itu sama sekali belum disiapkan. Penjualnya menyiapkan untuk orang lain yang datang belakangan dari saya. Jadi saya diminta untuk menunggu lagi. Rasanya kesal dan bodoh sekali saya kalau sudah mengalami situasi yang seperti ini.

Dulu beberapa kali saya sabarkan diri untuk menunggu. Tetapi sewaktu berulang kejadian yang sama. Akhirnya tegas saja saya batalkan pesanan yang saya pesan. Meskipun pesannya sampai 3 atau 5 porsi saya tetap tega saja untuk bilang batal. Penjualnya juga tega kok, bilang tadi sudah datang pesan duluan, padahal jelas-jelas saya tahu mereka datang lebih belakangan.

Saya sebenarnya ingin yang gampang.  Daripada nunggu saya pesan katakan 5 porsi, satu dimakan dan empat dibawa pulang. Penjualnya kan gampang tinggal saat giliran saya langsung menyiapkan 5 porsi tersebut. Begitu selesai, tinggal satu porsi dihidangkan dan empat lainnya dibungkus. Rupanya hal ini disiasati mereka untuk melayani orang yang antre di belakang saya. Mungkin dipikirnya saya masih makan jadi masih bisa menunggu lagi. Hal yang kayak gini mungkin yang tidak sama dirasakan oleh sang penjualnya. Bagi saya sekarang menghadapi situasi kayak gini ya sudah.

Mas, gak jadi pesanan yang dibungkus. Saya buru-buru kok. Tadi saya makan di sini biar sekalian nunggu kok, malah sekarang diminta nunggu lagi”.

Kalau ditanya daftar warung mana yang kayak gini, bisa saja saya tulis berderet. Tapi kok ya kasihan juga ya. Yang jelas warung-warung itu sudah tidak akan saya kunjungi lagi kecuali kalau tidak ada pilihan lain.

Satu tanggapan »

  1. bener banget…sy juga pernah kejadian gitu waktu beli makanan, maksud sy,makan ditempat biar ga harus bengong nungguin pesanan beres, eh malah pas abis makan baru mau disiapin…padahal dari awal sy dah bilang pesen sekian, nasi goreng satu dimakan disini, capcay goreng, mie goreng dibawa sekian…krn sy pesan makanan yg beda…jd pesenan sy yg mau dimakan minta diduluin..

    • Iqmal berkata:

      nah itu dia…seharusnya prinsipnya first in first out, tapi ya begitulah….mungkin biar yang antre gak banyak, jadi ditinggal untuk melayani yang lain dulu…

  2. bisakimia berkata:

    Emang harus sabar gan kita

    • Iqmal berkata:

      hehehe…kalau baru sekali tidak masalah, kalau lebih dari satu kali ya kebangeten tuh namanya….
      kadang niatnya baik, karena kalau makanan sudah dikemas maka akan cepat dingin, cepat “melar” (kalau ada mi-nya) dll, tapi ya kalau terus menunggu lama, tidak imbang lah….

Tinggalkan komentar