Sejak kecil sudah dibiasakan untuk patuh dan khusyuk mendengarkan kutbah saat ibadah sholat Jumat. Namun kadang ada saja gangguan untuk dapat benar-benar khusyuk. Kalau saya yang sering mungkin harus menahan rasa kantuk ataupun kadang pikiran mengembara kemana-mana. Tetapi tentu saja harus menekan rasa itu dan kembali tekun mendengarkan kutbah sampai selesai.

Soal kewajiban jemaah sholat Jumat untuk khusyuk mendengarkan kutbah itu termasuk sunnah bahkan merupakan keutamaan. Hadistnya jelas, saya kutipkan dari sumber ini, yakni:

  • Barangsiapa yang mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu ia shalat semampuannya dan diam (mendengarkan khutbah) hingga selesai, kemudian ia lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka ia akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dan hari jum’at yang lain. Dan bahkan hingga lebih tiga hari. (Shahih Muslim : 857 – 26)
  • Barangsiapa yang berwudlu, lalu ia menyempurnakan wudlunya, kemudian mendatangi Jum’at, mendengarkan (khutbah) tanpa berkata-kata, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dengan hari jum’at yang lain, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang memegang-megang batu kerikil, maka ia telah berbuat kesia-siaan. (Shahih Muslim : 857 – 27)

Baru-baru ini saya mengikuti sholat Jumat di masjid baru di dekat rumah. Saya kebetulan agak datang terlambat jadi dapat tempat di bagian luar. Tahu sendiri kan, kondisi lalu lintas kota Yogya kalau hari jumat sekitar jam 11an. Ada tampilan yang jadinya ikut mengurangi tekad saya untuk menjaga kekhusyukan mendengarkan sholat Jumat. Salah satu jemaat di depan saya itu asyik saja bermain hape.

Mendengarkan kutbah sambil berhape ria

Mendengarkan kutbah sambil berhape ria


Kira-kira pelakunya itu bisa khusyuk mendengarkan kutbah gak ya ? hehe….

Manusia itu kadang-kadang dalam beberapa kejadian dapat melakukan beberapa kegiatan sekaligus. Istilahnya kalau di komputer itu Multi Tasking. Saya saja kalau mengerjakan tugas itu biasanya sambil mendengarkan musik bahkan menyetel televisi sekaligus, khususnya yang soal berita. Dari situ saya bisa memperoleh hasil pekerjaan, sementara telinga terhibur dan dapat informasi berita baru. Demikian juga beberapa orang bisa melakukan lebih dari satu kegiatan dalam satu waktu bersama. Akan tetapi tentu saja hal ini terus tidak bisa dibandingkan dengan sewaktu kita menjalankan kegiatan ibadah, termasuk ibadah sholat jumat dengan kewajiban mendengarkan kutbah jumat itu.

Soal tertidur sewaktu mendengarkan kutbah jumat ini sebenarnya juga harus dihindari. Bagaimana bisa mendengarkan dan memperhatikan isi kutbah kalau kita tertidur ? Memang ada beberapa orang yang memiliki kemampuan mendengar dan berpikir saat tertidur. Kalau yang kayak gini mungkin saya contohkan konon itu Gus Dur. Ada juga kolega saya di kantor yang dapat seperti ini. Kalau sedang rapat berkepanjangan, kadang-kadang seperti tertidur, namun tetap dapat mengikuti rapat bahkan bisa langsung ikut memberikan pendapat yang sesuai. Jadi kalau ada orang seperti ini apa saat kutbah Jumat diperbolehkan tidur ? Tentu saja tetap tidak dianjurkan. Karena bisa saja dengan tidur terus yang bersangkutan bisa terjadi sesuatu yang membuat wudlunya menjadi batal, sementara dia tidak tahu soal ini.

Bercakap-cakap dalam situasi kutbah jumat sedang disampaikan juga tidak boleh. Dulu saat saya kecil, untuk menegur teman yang sedang bercakap-cakap pun katanya tidak boleh. Karena dengan menegur, berarti yang bersangkutan pun akan melanggar aturan untuk khusyuk mendengarkan kutbah. Termasuk dalam soal ini, saya mengamati kalau di Indonesia, jemaat itu akan menjawab ucapan khotib saat diperdengarkan nama nabi Muhammad dengan ucapan “sallallahu alayhi wasallam”. Demikian juga saat khotib membacakan doa, maka di akhir kalimat atau akhir frase para jemaat akan menimpali dengan bacaaan amin. Hal yang berbeda sewaktu saya mengikuti ibadah Jumat di Malaysia. Ternyata para jemaat tetap diam. Mungkin saja kewajiban ini tetap dilakukan di dalam hati. Kalau di Arab sendiri seperti apa, saya kurang tahu wong belum pernah ke sana.

Omong-omong soal berkata-kata dan bercakap-cakap itu sangat tidak dianjurkan. Berarti sebenarnya segala bentuk percakapan itu juga harus diperlakukan dengan hal yang sama. Menerima telpon itu harus tidak boleh. Dan yang lebih halus itu menggunakan hape untuk bersms, chatting ataupun melayari internet pun tetap tidak boleh. Jadi jemaat di atas itu pun sudah termasuk melanggar pantangan ibadah ini.

Kalau pembaca cermat, sebenarnya akan menemukan fakta bahwa saya pun ikut melanggar. Lha buktinya ? Saya berpikir yang macam-macam dengan mengingat-ingat kasus orang yang menggunakan hape tersebut. Terus saya juga akhirnya mengeluarkan hape untuk mengambil gambar orang yang bersangkutan. Waduh… betul juga ya. Istighfar saja dulu nih.

Ada tulisan menarik soal gangguan saat mendengarkan kutbah jumat, dapat dibaca di sini.

Satu tanggapan »

  1. cekakak berkata:

    La gambar ini sendiri berasal darimana, klw bukan dari yg telat datang & niat ambil gambar untuk diposting, jd yaa sama lah dng yg berhape ria itu hehehe,…

    • Iqmal berkata:

      betul…betul…betul…..
      nanti ada satu lagi tulisan soal jemaat yang lebih dulu khusyuk menghabiskan rokoknya ketimbang segera ambil air untuk berwudlu dan masuk masjid.
      gambar-gambarnya ya itu dari jemaat yang tidak khusyuk mendengarkan kotbah malah jepret sana sini…..

  2. mudagrafika berkata:

    Kadang saya malah ga gitu ngedengerin khatib yang berlama-lama khotbahnya…pernah di satu kesempatan saya mengalami pengkhotbahan yang hampir makan waktu satu jam lebih… :mrgreen:

  3. krisnadwi berkata:

    Kalo yang ketiduran gimana ya. Kadang walaulun udah nahan sekuat tenaga tetep aja merem merem. Hehehe

  4. Leebanisy berkata:

    wahh… mantap betul itu tukang fotonya 😀

Tinggalkan komentar