Baru-baru ini saya membaca berita di Detik Online soal “Beginilah Nasib Besi-besi Tua dari Jenazah yang Dikremasi”.  Saya jadi teringat akan tulisan lama saya soal dampak proses kremasi atau pembakaran jenasah ini terkait dengan ancaman polusi raksa di udara. Tulisan lama saya itu mengulas kemungkinan pelepasan uap raksa akibat pembakaran amalgam dari tambalan gigi jenasah yang dikremasi. Silakan baca tulisan tersebut di link ini.

Jadi untuk mengingat kembali soal proses pembakaran jenasah di krematorium ini adalah berupa pembakaran pada suhu tinggi yang dilakukan dalam suatu tanur pembakar dengan menggunakan bahan bakar gas. Jenasah diletakkan dalam ruang tanur kemudian mulai dimasukkan ke dalam tanur sehingga seluruh bagian tubuh, pakaian atau kain kafan pembungkus jenasah dan benda-benda lain yang diikutkan akan terbakar. Pada akhir proses pembakaran akan menghasilkan abu sisa proses pembakaran. Namun dalam prakteknya pada beberapa kasus kremasi jenasah masih akan menghasilkan juga sisa-sisa bahan lain yang tidak terbakar dan tidak berubah menjadi abu seperti  tambalan gigi, sendi buatan dan plat sambungan patah tulang. Bahan-bahan ini yang umumnya terbuat dari logam maka tidak akan ikut terbakar sehingga menjadi sisa yang tertinggal.

Bahan logam yang ditanamkan ke dalam tubuh seseorang umumnya karena alasan untuk mengatasi masalah patah tulang akibat mengalami kecelakaan atau kejadian fatal lainnya. Untuk menyambung tulang sehingga tulang dapat menyatu kembali maka diperlukan bahan penyambung yang terbuat dari logam. Orang biasa menyebutnya dengan pin sambungan tulang atau malah disebut sebagai platina. Logam yang digunakan tentunya harus yang berkualitas tinggi dan tidak menyebabkan efek pada tubuh misal dapat mengalami pengkaratan. Logam yang tidak mengalami pengkaratan ini memang dapat berupa logam platina, namun harganya cukup mahal. Dengan demikian umumnya adalah menggunakan logam besi yang kemudian dilapis dengan logam berkualitas tinggi supaya tidak berkarat selama ditanam dalam tubuh.

Bermacam-macam logam sisa kremasi jenasah.

Bermacam-macam logam sisa kremasi jenasah.



Sewaktu seseorang meninggal dan akan dikremasi, maka bagian logam ini akan ikut terbakar. Sebelum proses pembakaran sebenarnya pihak keluarga dapat mengatur untuk mengambil bagian logam ini. Namun seringkali terdapat keberatan karena mungkin alasan repot atau tidak tega. Dengan demikian proses kremasi tetap dilakukan dengan pin tetap berada dalam tubuh jenasah yang akan dikremasi.

Setelah proses pembakaran selesai tentunya abu akan diurus oleh pihak keluarga. Untuk abu ini biasanya akan ditindaklanjuti dengan proses penyemayaman atau dengan dilarung di suatu tempat. Untuk sisa logam ini juga seharusnya menjadi hak keluarga untuk memiliki dan memperlakukan hal tersebut.

Logam-logam hasil kremasi seperti ini umumnya sudah rusak untuk dapat digunakan kembali sebagai pin. Jadi mesti akan dibuang sebagai bahan buangan kecuali akan digunakan untuk kenang-kenangan. Kualitas logam yang digunakan seperti ini umumnya berkualitas tinggi daripada sekedar dibuang. Jadi perlu upaya untuk memanfaatkan logam sisa kremasi ini.

Kalau pihak keluarga mungkin tidak memerlukan logam ini mungkin pihak lain yang dapat memanfaatkannya. Seperti yang dilaporkan pada link berita di atas, ternyata ada perusahaan yang merintis usaha daur ulang benda-benda metal dari hasil pembakaran jenazah. Perusahaan asal Belanda bernama OrthoMetals telah berhasil memanfaatkan limbah-limbah berupa bekas tambalan gigi dan logam lainnya didaur ulang menjadi papan rambu-rambu lalu lintas serta onderdil mobil dan pesawat.

Kualitas logam tersebut ternyata relatif masih sangat bagus, meski berasal dari limbah sisa kremasi jenazah,. Hal ini terbukti saat dipanasi dengan suhu yang sangat tinggi, limbah-limbah tersebut tidak ikut hancur dan bahkan banyak di antaranya yang sama sekali tidak meleleh. Logam-logam berkualitas tinggi seperti cobalt dan titanium misalnya, banyak ditemukan dalam tambalan gigi yang tidak ikut terbakar saat kremasi. Material ini dinilai cocok untuk didaur ulang menjadi komponen mesin pesawat terbang yang memang akan bekerja pada suhu ekstrem.

Untuk logam lain dengan kualitas lebih rendah juga tetap bisa dimanfaatkan. Jenis logam yang ini ternyata bisa dilebur untuk kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan rambu-rambu lalu lintas, pembatas jalan raya dan lampu lalu lintas.

OrthoMetals telah bekerjasama dengan sekitar 50 persen dari 260 krematorium atau rumah perabuan jenazah di Inggris untuk melakukan aktivitas tersebut. Jika berjalan lancar, diperkirakan tiap tahun akan terjaring 75 ton logam bekas yang bisa dimanfaatkan. Mekanisme prosesnya adalah saat sebelum jenazah dikremasi di krematorium yang tergabung dalam skema ini, keluarga akan ditawari terlebih dahulu apakah merelakan besi-besi itu didaur ulang. Ternyata kebanyakan menyatakan setuju karena logam-logam tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.

Sangat menarik ide seperti ini untuk pemanfaatan logam sisa kremasi jenasah ini. Satu catatan khusus maka bagi jenasah yang dikremasi ini juga dapat memperoleh pahala seperti halnya kalau yang bersangkutan mendonorkan anggota tubuhnya untuk didermakan.

Tetapi juga harus ada yang diperhatikan faktor lain. Nantinya jangan terus ada yang percaya kalau penggunaan bahan ini juga akan terus menyertakan mantan penggunanya untuk mengikuti terus menerus bahan miliknya tersebut. Kasus yang terakhir ini malah bisa bikin cerita horor sendiri kalau sampai terjadi.

Tinggalkan komentar