Kenikmatan di dunia nomor tujuh kononnya adalah tidur saat mendengarkan kutbah Jumat di masjid. Kalau yang seperti ini sih jelas jangan ditanya lagi, asal muasalnya. Hal ini karena memang banyak jemaah jumat yang terkadang bosan mendengarkan kutbah sebelum ibadat shalat jumat yang sering panjang dan berulang-ulang. Khatib kadang tidak memperhatikan kondisi jemaat dan terlalu asyik membacakan kutbah yang disampaikan. Dari sisi makna memang kadang isi kotbah sering tidak kontekstual yang dapat membangkitkan jemaat menyimak isi kutbah dengan baik. Sebenarnya semua kutbah selalu baik karena berisikan ayat-ayat suci dan anjuran ke arah kebaikan, hanya saja penyampaian dan teknik pengungkapan yang kadang menjadi membosankan. Jadi kalau ada jemaat yang mengantuk saat mendengarkan kutbah ini adalah hal yang wajar.

Kutbah Jumat adalah termasuk salah satu rukun yang wajib dilaksanakan pada ibadat shalat Jumat. Secara runtut adalah mulai adzan sholat, khotib membacakan dua kutbah, iqomat dan sholat jumat dua rokaat. Dalam memberikan kutbah sendiri, ada tuntunan yang harus dilakukan khatib seperti menyampaikan kutbah pertama, duduk di antara dua kutbah, menyampaikan kutbah kedua, dengan membacakan shalawat dan doa pada kutbah kedua ini. Bagi jemaat wajib untuk mendengarkan kutbah ini dengan tekun. Bahkan ada larangan untuk berkata-kata atau mengeluarkan ucapan saat kutbah sedang disampaikan.

Kutbah jumat jelas berbeda dengan pengajian biasa. Kalau  materi pengajian bisa disisipi ceramah yang berbau humor atau satire lucu lainnya maka isi kutbah jumat tidak mungkin dilakukan dengan cara yang sama. Pengajian yang diisi dengan bumbu humor dapat memancing perhatian peserta pengajian untuk tertawa ataupun berkomentar. Kalau kutbah dilakukan dengan cara sama, maka jemaat sholat jumat akan tertawa dan hal ini jelas melanggar larangan untuk berdiam diri khusuk mendengarkan kutbah.

Dari sisi waktu, pelaksanaan kutbah seperti ini akan memakan waktu 20-30 menit. Tentu saja hal ini tergantung dari khotib yang mengisi atau tergantung dari isi kutbah yang disampaikan. Secara umum memang jemaat akan mendengarkan kutbah ini dengan tertib. Namun terkadang seringkali jemaat mendengarkan kutbah ini dengan terkantuk-kantuk.

Suasana kutbah Jumat.

Suasana kutbah Jumat.

Terkait dengan kutbah yang panjang, sebenarnya sudah ada imbauan dari pihak kantor agama supaya khotib jangan memperpanjang lama kotbah. Ternyata kotbah yang tidak terlalu lama termasuk dalam sunnah Nabi, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwa panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang menjadi tanda kefaqihan. Jadi  kepada para imam dan khotib agar mengikuti sunnah Nabi dalam khotbah Jumat dan memperhatikan kondisi masyarakat dengan tidak membuat mereka lelah dengan panjangnya khutbah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para khotib menyampaikan khotbah secara singkat, namun memanjangkan bacaan shalat. Ini juga  seperti kutbah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang umumnya selalu pendek, ringkas, dan padat. Hal ini akan membantu jemaat dalam hal menangkap isi dan esensi kutbah yang disampaikan secara lebih efektif.

Saat menahan kantuk kalau mendengar kutbah jumat, hal yang sering saya alami adalah bosan menahan pegal karena posisi kaki tertekuk yang sering berakibat kesemutan. Langkah yang sering saya lakukan adalah memijit tangan di antara telunjuk dan ibu jari supaya tidak mengantuk. Kalau sudah tidak kuat menahan kantuk, tentu saja melakukan pertukaran posisi kaki. Jadi kalau ada yang melihat saya sudah gelisah bolak balik bertukar posisi kaki saat mendengarkan kutbah ini, itu pertanda saya sedang menahan kantuk yang merupakan kenikmatan nomor tujuh di dunia.

Omong-omong soal kutbah ini, di masjid Al-Asel di dekat perumahan Kanoman Yogyakarta, ada fenomena yang menarik. Ada satu khotib yang merupakan warga perumahan (tidak saya sebut nama beliau) yang selalu menyampaikan kutbahnya hanya dalam waktu relatif singkat. Khotib yang disampaikan secara lengkap dengan memenuhi semua ketentuan kutbah sholat Jumat hanya disampaikan maksimal 15 menit.

Dengan penyampaian kutbah yang singkat ini tentu saja menjadikan jemaat tidak mengantuk. Isi kutbah kadang juga disampaikan berupa materi yang kontekstual sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Kalau kutbah sudah selesai tentunya sholat Jumat akan langsung dimulai. Bagi jemaat yang sering kurang berdisiplin untuk datang sebelum adzan sholat tentu akan terburu-buru. Seringkali banyak jemaat yang terlambat, bahkan datang saat sholat sudah dimulai.

Bagi jemaat yang terlambat karena ketinggalan sholat, tidak perlu khawatir. Yang bersangkutan dapat segera bergegas ke mesjid di lokasi berdekatan, karena ibadat di masjid itu dipastikan masih berlangsung dengan pembacaan kutbah. Jadi mereka dapat mengikuti sholat jumat di masjid tersebut.

Bagi warga sekitar, kebiasaan kutbah singkat seperti ini sudah dikenali. Jadi kalau begitu adzan dan mendengar suara khotib yang khas maka mereka segera dapat menyesuaikan persiapan pergi ke masjid ini secepatnya.

Tentu saja sebenarnya akan lebih baik bagi para jemaat untuk selalu pergi ke masjid sebelum adzan dimulai. Kalau sudah seperti ini, yang bersangkutan dapat melaksanakan sholat sunnat tahiyatul masjid dua rokaat. Dan yang jelas kalau datang sebelum masjid, yang bersangkutan dapat balasan satu ekor hewan unta lho….

Iqmal Tahir

Tinggalkan komentar