Pada hari Selasa tanggal 19 Januari 2010 pukul 22.30 lalu, diberitakan di beberapa surat kabar bahwa terjadi ledakan di makam keramat yang berisikan salah satu tokoh raja Sumenep, salah satu keturunan raja ke-13 dari Paku Nata Ningrat. Hingga saat ini masih belum diketahui pasti penyebab ledakan yang mengakibatkan makam tersebut hancur. Makam ini berada di kompleks pemakaman Raja-raja Sumenep, di Pendopo Asta Tinggi (Kuba sebelah barat), Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, Madura.

Saat kejadian, menurut saksi yang dituliskan dalam pemberitaan diketahui bunyi ledakan cukup keras dan terdengar sampai desa sebelah yang berjarak sekitar satu kilometer. Saat terdengar ledakan, warga sekitar segera mencari sumber suara. Rupanya saat dicari sumber ledakan, tak ada asap maupun hal yang mencurigakan di area makam. Namun warga dan juru kunci melihat sebuah makam yang nisannya terbuat dari keramik marmer itu pecah berserakan.

Makam meledak

Salah seorang juru kunci Asta Tinggi, Kabupaten Sumenep yang juga keturunan keraton kemudian menyimpulkan bahwa ledakan ini termasuk kategori ghaib. Melihat jenazah siapa yang berada di makam tersebut, maka banyak orang mungkin juga beranggapan telah terjadi sesuatu mistis karena ketokohan almarhumah yang merupakan guru mengaji, turunan raja dan bangsawan terkemuka di daerah itu. Selanjutnya dapat diduga bahwa orang akan banyak berdatangan untuk melihat dan berkunjung ke makam setelah ledakan untuk melihat. Lokasi makam selanjutnya dibanjiri warga yang ingin melihat kondisi makam. Selain warga biasa, banyak pula pegawai di lingkungan Pemkab Sumenep memadati lokasi makam yang sempat membuat heboh sehari setelah kejadian. Mereka ingin tahu kepastian lokasi kuburan yang meledak dan tidak pernah terjadi selama ini. Banyak orang yang kemudian menghubung-hubungkan kejadian ini dengan hal lain yang diduga akan terjadi di masa mendatang. Bahkan menurut seorang pengunjung seringkali kalau ada hal yang aneh yang terjadi di lokasi Asta Tinggi biasanya selalu akan berhubungan dengan pimpinan negara maupun bupati.

Makam yang meledak

Dari pihak polisi sendiri setelah mendatangi dan melakukan investigasi, ternyata menyimpulkan tidak ada unsur sabotase atau ledakan yang bersumberkan dari bahan peledak/eksplosif dan hanya merupakan kejadian alam biasa. Analisis pihak polsek kota Sumenep menyebutkan bahwa itu murni peristiwa alam sehingga tidak ada masalah untuk dikaji lebih lanjut. Hal ini juga karena ada ketidakjelasan informasi dari pihak sejumlah saksi yang berada di kompleks Asta Tinggi ini yang ditanya oleh polisi. Beberapa orang saksi yang ditanya termasuk juru kunci dan para pedagang yang biasa berada di lokasi juga tidak dapat menjelaskan kejadian yang terjadi secara detail. Dari fakta yang ada adalah berupa sisa-sisa ledakan berupa cungkup makam dari keramik yang terbongkar. Tidak ada bekas ceceran bahan peledak atau bahan mudah terbakar lainnya di sekitar makam itu.

Saya sendiri sebenarnya bukan ahli forensik dan juga belum pernah berkunjung ke lokasi kejadian, tetapi melihat pemberitaan itu tergerak untuk memberikan analisa. Saya sepakat bahwa ini merupakan kejadian alam biasa. Jadi murni analisis yang saya tuliskan ini hanya berdasarkan berita dan foto yang ada saja. Benar tidaknya, wallahu a’lam. Dapat didiskusikan lebih lanjut.

Makam dibuat bahan keramik atau batuan marmer kemungkinan disusun dengan nat (sambungan antar keramik dengan semen) yang rapat. Selanjutnya karena panas dari terik matahari di luar selama beberapa waktu maka akan terjadi pemuaian udara dalam tanah di bawah keramik itu. Panas ini memang dapat menjangkau makam dengan cukup kuat karena berada di tempat terbuka, apalagi pada makam itu dibuat semacam atap seng untuk menaungi makam. Hal ini ditambah pada bulan Januari ini perbedaan temperatur pada siang hari dan malam hari cukup besar. Di siang hari, saya dapat memperkirakan temperatur di wilayah itu relatif cukup tinggi mungkin sampai lebih dari 35 derajat celcius. Dari gejala pemuaian udara di dalam cungkup makam ini dan tidak bisa keluar, selanjutnya tentus saja akan terakumulasi. Setelah tercapai jumlah kritis tertentu, pada malam hari saat udara di luar menjadi dingin akan terjadi gejala fisika dimana ruang udara yang memuai ini mendesak ke luar. Saat susunan keramik yang ada menjadi tidak kuat menahan lagi maka akan keramik akan pecah dan karena efeknya berlangsung singkat maka tentu saja yang terjadi adalah akan proses seperti bahan yang meledak. Dari efek ledakan itu diketahui makam merekah, lantai keramik pecah dan serpihan tanah berhamburan.

Konstruksi makam yang meledak.

Fenomena seperti ini sebenarnya sering dijumpai pada lantai keramik rumah baru. Saat orang baru membangun rumah dan kemudian memasang ubin tegel atau keramik. Di bagian bawah biasanya diberi alas pasir secukupnya. Seringkali pasir yang ditambahkan kurang rapat dan banyak mengandung udara. Kemudian ubin atau keramik dipasang dan seringkali tukang batu memasang keramik dengan nat untuk menutup ruang di antar keramik dengan rapat dan adonan semen yang kuat. Pada kondisi ini memang bagus air dari atas keramik tidak akan masuk ke bawah melalui sela keramik ini, namun juga ada efeknya yaitu udara yang mungkin memuai di bawah keramik tidak dapat keluar. Setelah mengalami kondisi udara yang relatif panas selama beberapa waktu, maka dimungkinkan terjadi akumulasi udara di bawah keramik. Situasi yang mungkin terjadi adalah saat sambungan nat antar keramik yang kuat tetapi di sisi lain rekatan keramik ke pasir menjadi lepas. Kondisi seperti ini menyebabkan lantai menjadi menggelembung terangkat. Saat terinjak atau juga bisa terjadi pada saat terjadi perbedaan temperatur yang cukup tinggi di bawah lantai dan di atas lantai maka yang terjadi adalah gejala seperti proses ledakan. Mungkin untuk situasi ini dapat dikatakan proses ledakan kecil, namun seringkali proses ini akan mengagetkan orang.

Untuk ledakan di makam yang menurut saksi dikatakan sampai menghasilkan suara yang cukup keras dan terdengar dari jauh. Saya mengkajinya dari aspek lain. Untuk diketahui bahwa makam tersebut berada di atas bukit dan relatif memiliki ketinggian sedikit di atas wilayah lainnya yang berada di sekitarnya. Pada bulan Januari itu di daerah lokasi temperatur siang hari mestinya sangat tinggi dan di malam hari relatif rendah. Saat cuaca alam ini menyebabkan pemuaian udara panas di bawah makam yang sepertinya belum lama direhab tersebut, maka berlangsung akumulasi udara dan gas. Saat malam hari pemuaian ini sangat mungkin tidak tertahankan lagi oleh kemampuan keramik di cungkup, akibatnya akan terjadi pemecahan keramik dan berlangsung pengeluaran udara. Efek keramik pecah dan percampuran udara panas dengan udara luar sangat boleh jadi menghasilkan suara ledakan. Apalagi hal ini berlangsung malam hari dimana mungkin aktivitas sekitar sudah tidak begitu banyak tentu saja akan menghasilkan suara yang dirasa keras dan dapat menjangkau wilayah yang lebih jauh lagi. Apabila terjadi siang hari mungkin ledakan ini tidak akan dirasa keras dan tidak terdengar sampai jauh.

Demikian semoga uraian ini mampu memberikan jawaban atas fenomena ledakan makam yang terjadi di Sumenep Madura. Harapannya tentu saja adalah agar kita dapat selalu berusaha menjauhkan pikiran dan keyakinan kita dari hal-hal yang mungkin tergolong musyrik.

Sumber gambar : detik-surabaya.com

Tertarik baca tulisan lain ? klik saja link berikut untuk menuju blog kami :
Iqmal Tahir

Satu tanggapan »

  1. erry berkata:

    hiii…. ngeri juga kalau semua makam meledak…

    • Iqmal berkata:

      Kalau tidak dikeramik dengan rapat, atau misal diberi lubang hawa / pori-pori maka kemungkinan ledakan juga tidak terjadi. Yang jelas harus dipahami bahwa tidak ada unsur mistik atas terjadinya ledakan ini lho ya…

Tinggalkan komentar