Baru-baru ini rakyat Spanyol dihebohkan peristiwa tidak disengaja puteri Letizia yang akibat ulah angin nakal membuat rok yang dikenakan berkibar. Akibat peristiwa ini tentu saja tampaklah anggota tubuh puteri yang seharusnya tertutup itu. Peristiwa ini tentu saja tidak lepas dari jepretan kamera para wartawan yang memang mengikuti berbagai macam aktivitas yang dilakukan beliau. Hasil gambar atau video peristiwa ini tentu saja akan segera menjadi bahan berita yang panas dan cepat diburu oleh banyak masyarakat. Para wartawan ini memang sebagian besar adalah wartawan resmi dari berbagai media surat kabar, majalah atau televisi. Tetapi terdapat juga beberapa orang yang memang selalu melakukan aktivitas mengambil gambar dari seorang tokoh dengan tidak berafiliasi pada suatu media resmi tertentu. Orang yang melakukan hal ini dikenal dengan istilah paparazzi. Termasuk pada peristiwa gambar saat kejadian puteri kerajaan Spanyol tersebut tentu saja sempat diabadikan oleh para paparazzi.

Istilah paparazzi mulai dikenal luas saat kematian kontroversial Lady Di di Perancis sekian tahun yang lalu. Pada kejadian itu, paparazzi dituduh ikut menjadi penyebab kecelakaan mobil di terowongan yang kemudian berakibat dengan kematian mantan calon ratu Inggris itu. Paparazzi menjadi popular sebagai suatu profesi tersendiri baik secara individual maupun melalui suatu jaringan media. Keberadaan paparazzi menjadi suatu fenomena tersendiri yang mengundang pro dan kontra.

 

Ulah gerombolan papparazi. Memang obyeknya apa sih, kok arah kameranya beda-beda ???

 

Paparazzi memiliki aktivitas unik dengan membuntuti suatu tokoh terkenal untuk mengikuti perkembangan yang dilakukan tokoh tersebut setiap waktu. Paparazzi berbekal senjata kamera yang umumnya kamera tele untuk digunakan dari jarak jauh dan secara sembunyi-sembunyi. Dengan modal nekad dan menggunakan celah hukum tertentu, paparazzi akan mengambil gambar keseharian para tokoh yang diikuti setiap saat. Apabila diperoleh gambar yang menarik dan memiliki nilai jual tersendiri, maka foto ini dapat dijual kepada media untuk diekspose dan diberitakan secara cepat.

Tokoh dari kalangan aktor dan aktris perfilman, tokoh politik yang kontroversial bahkan atlet olahraga adalah mangsa yang empuk dari para paparazzi. Berita dan gambar keseharian mereka di luar lingkup profesi yang dijalani merupakan berita yang diminati dan diburu masyarakat kebanyakan. Keseharian para tokoh ini tentu saja sering berlawanan atau berbeda dengan lingkup aktivitas yang terkait dengan profesinya. Hal seperti ini sebenarnya adalah hak privasi dari para tokoh ini, namun seringkali dilanggar karena masyarakat umum ternyata banyak yang ingin mengetahui. Dengan demikian hal-hal seperti ini menjadi target wartawan untuk dimuat sebagai bahan berita yang panas. Apabila dilakukan wartawan secara terus-menerus mungkin tidak efektif karena menyita waktu. Ternyata langkah ini mengundang orang tertentu untuk menjadikan suatu profesi sebagai penguntit dengan selalu mengambil foto-foto secara sembunyi tanpa diketahui oleh sang tokoh.

Dengan terganggunya privasi mereka, para tokoh ini tentu saja merasa terganggu. Sebagian kebebasan pribadi akan terbatasi dengan kehadiran para paparazzi ini. Hal ini memang salah satu konsekuensi kepopuleran mereka untuk selalu menjadi bahan berita baik berita yang positif maupun berita negatif. Tindakan bijaksana perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran para paparazzi ini terutama dengan selalu menjaga tingkah laku dan moral yang ada pada mereka.  Bagi sebagian kalangan, kehadiran paparazzi kadang malah dibutuhkan untuk menaikkan citra dan mendongkrak popularitas seperti ini.

Di Indonesia, keberadaan para paparazzi didukung dengan adanya media infotainment. Di sini juga terjadi pro dan kontra keberadaan infotainment ini karena banyak memuat berita sehari-hari dari banyak tokoh. Bahkan apabila terjadi suatu kasus pribadi yang dialami oleh seorang tokoh yang justru di luar profesi sesungguhnya tokoh tersebut, maka akan diekspos habis-habisan. Seringkali pengungkapan informasi ini secara vulgar dengan bumbu-bumbu yang memancing keingintahuan masyarakat. Berita seperti inilah yang kadang dilengkapi dengan hasil gambar yang diperoleh oleh para paparazzi.

Menjadi seorang paparazzi harus dibekali kenekadan dan ketekunan tersendiri. Modal utama adalah harus memiliki kamera dengan kemampuan untuk mengambil gambar dari jarak jauh misal dengan dukungan lensa tele atau bahkan super tele. Kemampuan mengenali identitas tokoh secara detail tentu diperlukan karena seringkali para tokoh akan melakukan penyamaran tertentu. Aksi menyamar sendiri juga kadang perlu dilakukan oleh paparazzi untuk tidak diketahui keberadaannya dari sang tokoh yang diincar. Dengan demikian seperti saling incar antara tokoh dan paparazzi yang menguntitnya.

Mereka harus didukung dengan jaringan informasi dari kalangan dalam atau orang tertentu yang mengetahui aktivitas dan keberadaan sang tokoh. Dalam menjalankan aksinya, mereka harus tekun dan sabar untuk menunggu mangsa dalam area sasaran kamera yang digunakan. Hal seperti ini bisa memakan waktu yang relatif lama untuk dapat memperoleh gambar saat pose tertentu yang memiliki nilai jual.

Ada satu hal yang ingin saya sampaikan adalah terkait dengan istilah paparazzi ini. Masyarakat seringkali salah kaprah dengan istilah ini terkait dengan pengertian jumlah untuk tunggal dan jamak. Perlu diketahui dalam bahasa Indonesia memang tidak dikenal pembedaan untuk sebutan benda dengan jumlah tunggal atau jamak, namun dalam bahasa asing seringkali dibedakan. Termasuk dalam hal ini adalah untuk istilah paparazzi ini. Untuk istilah jamak, sudah tepat menggunakan istilah paparazzi. Namun untuk tunggal, seharusnya digunakan istilah paparazzo. Jadi kalau ada keinginan untuk menjadi seorang penguntit dengan tujuan mengambil gambar seorang tokoh secara sembunyi-sembunyi, maka jadilah seorang paparazzo.

Kalau anda menjadi paparazzi berarti harus bergabung bersama para paparazzo-paparazzo yang lain, boleh jadi hasil gambar buruan yang anda peroleh menjadi tidak eksklusif lagi karena banyak yang punya.

 

Kalau yang ini jelas bukan paparazzo....

Sudah dulu ya, mending makan pizza saja nih….mudah-mudahan tidak ada paparazzo apalagi paparazzi yang berkeliaran di sekitar sini.

 

Iqmal Tahir

Intermezzo :

Kalau yang ini humor buat lucu-lucuan saja. Penutup kaca depan mobil yang unik  untuk promosi majalah kontroversial. (Sumber dari : http://www.walyou.com/blog/2009/04/12/promotional-paparazzi-car-shades/ 

Gambar atas : Tertangkap basah di mobil. Gambar bawah : Ternyata hanya gambar penutup kaca mobil.

Satu tanggapan »

  1. erry berkata:

    boleh pinjam kameranya gak ya??? pengin punya yang tele kayak gitu…

  2. erry berkata:

    hehe… memang artis gitu banget ya…

Tinggalkan komentar