Soal kepastian di alam ini mestinya bersifat relatif. Dalam ilmu kimia, kepastian suatu teori yang sudah berlaku puluhan tahun bisa dikoreksi dengan adanya suatu penemuan baru. Contohnya adalah teori atom. Dalam hal ini kepastian sebagai suatu teori memang berlaku dalam suatu masa dan kemudian orang secara alamiah akan mencari dan menguji kepastian tersebut. Untuk menguji dan meyakinkan adalah menjadi tugas dan kewajiban seorang peneliti. Peneliti secara moral berkewajiban mencari jawaban yang masuk akal pada berbagai fenomena di alam dan mengembangkannya untuk kepentingan manusia banyak.

Dalam berbagai kegiatan sehari-hari, ternyata fenomena mencari kepastian adalah suatu yang bersifat alami. Hal ini berlaku secara spontan bahwa orang akan berusaha memastikan sesuatu itu memang benar-benar berlaku seperti yang seharusnya. Bahkan untuk keperluan ini ternyata kadang orang harus dianggap sebagai melakukan kegiatan yang sia-sia. Pada beberapa kasus bahkan kelakuan untuk memastikan ini dapat dianggap sebagai perbuatan konyol yang tidak seharusnya dilakukan. Namun dalam kenyataannya, langkah untuk memastikan ini memang benar dilakukan secara spontan dan bersifat manusiawi.More...

Saya pernah membaca status seseorang di facebook yang menuliskan suatu fenomena berikut :

Kalau memang jarum suntik akan digunakan untuk keperluan hukuman mati, mengapa jarum juga tetap harus disterilkan dengan alkohol terlebih dahulu ?

Mungkin yang terpikir dalam penulis status adalah tujuan hukuman ini adalah membuat terdakwa menjadi mati sesuai dengan vonis yang diterimanya, sehingga perlakuan mensterilkan jarum suntik mestinya sudah tidak perlu lagi. Kalau memang dipastikan terdakwa mau dibuat mati, artinya tidak perlu ada perbuatan yang normalnya untuk menjaga dari efek bahaya. Dalam dunia kesehatan, berlaku standar perlakuan untuk tindakan-tindakan medis yang harus taat untuk dilakukan. Tindakan melanggar standar prosedur ini bisa dikenakan kasus malpraktek. Itu memang untuk tujuan kesehatan pasien, lantas kalau untuk kasus hukuman mati dengan jarum suntik ini, tentu saja mestinya tetap berlaku. Hal ini karena digunakan untuk mematuhi etik dan rasa hormat kepada terdakwa yang dalam hal ini juga mestinya bertindak sebagai pasien. Hal ini sebenarnya dalam dunia kedokteran saat ini, sudah banyak diterapkan alat suntik yang bersifat disposable atau sekali pakai. Jadi tulisan pada status FB ini relatif hanya bersifat sebagai cetusan belaka.

Untuk kasus yang lebih tepat dengan uraian kepastian ini adalah beberapa kasus berikut :

Kasus 1.

Kalau sudah tahu gelas akan panas setelah diisi air panas untuk membuat minuman kopi, mengapa tetap jari kita mencoba mengukur panas di gelas tersebut ?

Saat menuang air panas ke dalam gelas berisi kopi dan gula, maka kemudian diaduk sehingga siap tersaji minuman kopi panas. Dari sini kita mestinya sudah bisa memastikan bahwa gelas yang digunakan akan ikut panas, tetapi kenyataannya sering kita langsung berusaha menyentuh tangan kita kepada gelas itu secara spontan. Hal ini juga sering berlaku setelah kita menggoreng dengan menggunakan wajan, setelah selesai kita yakin bahwa wajan masih panas. Tanpa kita sadari secara spontan kita mencoba untuk menyentuh wajan tersebut dengan tangan untuk mengecek wajan tersebut.

Kasus 2.

Kalau sudah tahu bahwa ban kendaraan itu bocor, mengapa kita harus mencoba menekan ban itu juga ?

Bagi pengendara sepeda kayuh atau sepeda motor, pasti pernah melakukan hal ini. Misal di jalan, kemudian ban sepeda yang digunakan ternyata terkena paku maka akan kempes sehingga tidak bisa digunakan. Dengan hanya melihat kondisi ban tanpa menyentuh, sebenarnya orang sudah bisa langsung memastikan bahwa ban itu kempes, yakni dari yang terasakan saat berjalan tadi serta kondisi fisik ban yang kempes. Akan tetapi sering secara spontan orang akan mencoba mengecek dengan tangan untuk memastikan bahwa ban itu benar-benar kempes. Kalau untuk kendaraan roda empat mungkin hal ini tidak dilakukan, hal ini mungkin karena akan berat untuk menekan ban mobil. Tangan kita jelas tidak akan mampu memencet ban untuk memeriksa tekanan ban. Yang jelas tidak mungkin lagi adalah untuk kasus ban pesawat terbang, apalagi untuk kasus kereta api yang tidak ada bannya, hehe…

Kasus 3.

Kalau sudah tahu bahwa tangan kita menyentuh kotoran ayam, mengapa kita juga tetap mencoba mencium tangan kita ?

Pada kondisi tertentu sering tanpa sengaja tangan kita menyentuh dan terkena kotoran hewan atau air kencing hewan. Sering ada kotoran hewan yang berada di tempat yang tidak semestinya seperti di tempat duduk atau mungkin saat kita yang menyentuh lantai atau teras dimana sering ada kotoran hewan. Saat sudah tahu tangan kita menyentuh kotoran mungkin karena bentuk atau keadaannya yang lunak dan lembek, sehingga mestinya langsung tahu bahwa itu kotoran hewan. Namun hal yang terjadi adalah secara otomatis tangan itu didekatkan ke hidung untuk memastikan bahwa itu adalah benar-benar kotoran hewan. Kita akan terlupa bahwa hanya dengan menyentuh saja sebenarnya secara normal sudah menjijikan, apalagi kemudian kalau dicium dan didekatkan ke hidung, maka mestinya akan lebih menjijikan lagi. Kenyataan konyol seperti ini cukup manusiawi dan pernah dilakukan oleh banyak orang.

Kadang juga untuk kasus yang mirip adalah kita menduduki kotoran hewan, biasanya hal ini juga terasa oleh kita. Secara otomatis kita mesti melihat di celana di bagian yang terkena saat menduduki tadi. Dengan melihat saja bekas yang diduduki dan bercak yang tertera di celana, mungkin kita sudah bisa langsung memastikan bahwa itu berupa kotoran. Tetapi spontan juga akan dicek dengan diraba sedikit menggunakan jari dan dicium.

Kasus 4.

Kalau sudah tahu bahwa kentut itu bau, mengapa kita saat kentut sendirian mencoba untuk mencium bau kentut kita sendiri ?

Saya yakin ada beberapa dari kita yang pernah melakukan hal ini. Jadi tidak perlu diterangkan lebih lanjut ya….Mending lihat gambar ini untuk refreshing.

Ingin memastikan ini bau apa sih....

Kasus 5.

Kalau sudah tahu bahwa upil itu asin, mengapa kita saat mengupil sendirian pernah mencoba untuk merasakan upil itu seperti apa ?

Kalau ini saya sepertinya belum pernah melakukannya, tetapi ada teman yang pernah bergurau soal ini . Jadi ya ditambahkan untuk kasus ini. Dan karena sudah jelas juga tidak perlu diterangkan lebih lanjut ya….

Jadi memang sudah sifat manusia secara alami untuk memastikan bahwa semua sesuatu adalah benar-benar terjadi. Kalau memang tindakan spontan yang dilakukan terasa konyol atau dapat menjadi bahan lelucon sendiri, hal ini juga sebenarnya tidak membantu ikut mengatasi masalah. Kalau sudah dipastikan tentunya tindakan untuk mengatasinya akan dilakukan dan masalah akan selesai. Tulisan ini pun diakhiri sampai disini saja dan semoga bermanfaat.

Iqmal Tahir

Kasus 6.

Jadi seperti halnya tulisan ini, kalau sudah dipastikan dengan jelas bahwa tulisan sudah dinyatakan diakhiri sampai paragraf di atas (bahkan sampai dicetak tebal lho dan ditutup dengan identitas khas tulisan saya). Tetapi kok ya spontan pembaca meneruskan membaca paragraf ini yang tidak ada artinya dan tidak ada hubungannya dengan isi artikel. Sekedar memastikan ya ? Hehe….. wajar dan alami kok….

Tinggalkan komentar