Di dalam kajian statistik dan pengukuran data, dikenal suatu data yang termasuk dalam kategori outlier. Jadi kalau suatu pengukuran dilakukan maka akan menghasilkan suatu kumpulan data yang biasanya terdistribusi mengikuti distribusi normal atau distribusi gaussian. Kumpulan data ini tentu saja memberikan harga rata-rata dengan tingkat simpangan tertentu yang biasanya diperbolehkan, misal pada tingkat simpangan sebesar 95 % atau 99 %. Kalau ada suatu data di luar batas simpangan tersebut maka boleh dikatakan sebagai data yang boleh dipisahkan dengan kategori sebagai outlier. Tentu saja untuk memasukkan sebagai kategori data yang outlier juga harus dibuktikan secara betul tidak boleh hanya dengan melihat data menyimpang jauh terus dianggap sebagi outlier.

Pada tulisan ini sebenarnya saya hanya ingin menuliskan fenomena sehari-hari yang dapat dikatakan sebagai outlier. Hal ini karena menyimpang dari situasi atau keadaan yang berlaku secara umum. Jadi sebenarnya tidak begitu tepat untuk mengatakan fenomena ini sebagai outlier. Tetapi karena ini hanya sekedar blog maka boleh sajalah saya menggunakan istilah outlier ini untuk menggambarkan fenomena tersebut.

Dalam beberapa peristiwa atau kejadian sehari-hari, orang melakukan sesuatu hal yang rutin dengan cara yang umum dilaksanakan oleh banyak orang. Hal ini dapat terjadi di suatu masyarakat pada suatu daerah dan pada suatu waktu tertentu. Kebiasaan yang sudah umum dilakukan dengan pola aturan yang ditaati karena budaya atau adat lokal misal dalam bentuk pakaian yang harus dikenakan pada suatu upacara adat atau ritual tertentu. Jika ada seorang pendatang maka boleh jadi dia akan mengikuti ritual tersebut dengan menggunakan hal yang biasa digunakannya juga. Pada situasi ini tentu saja akan menyebabkan terjadinya perbedaan bagi si pendatang sebagai minoritas di dalam kelompok mayoritas tersebut.

Tinggi tubuh atlet basket Shaquille O'Neil jauh menyimpang di antara data tinggi tubuh orang-orang di sekitarnya.

Pola yang sama juga terjadi, apabila pada suatu saat berkumpulnya banyak benda dengan kemiripan sesuatu karakter fisik. Namun kemudian apabila di dalam kumpulan itu ternyata ada seseorang atau sesuatu yang ternyata tidak memiliki kemiripan tersebut, maka hal ini mungkin boleh juga disebut outlier. Misal yang sangat kontras adalah jika seorang Yao Ming yang merupakan atlet bola basket berada di kumpulan orang-orang Indonesia. Dari sini akan tampak tinggi badan Yao Ming menjadi sesuatu yang berbeda dengan tinggi orang-orang Indonesia. Dalam situasi tersebut maka tinggi Yao Ming menjadi outlier.

Data tinggi tubuh Yao Ming akan selalu jadi outlier jika diukur dengan tinggi orang asia umumnya.

Fenomena outlier ini dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Kadang ada orang yang memang justru ingin sebagai outlier. Istilah kerennya adalah “berani tampil beda”. Orang tersebut memiliki rasa kepercayaan diri untuk tampil berbeda dengan kebanyakan orang lain. Hal ini mungkin diinginkan supaya dia dapat dikenal lebih khusus karena perbedaan penampilan tersebut.

Pada saat yang lain, outlier dapat terjadi karena yang bersangkutan kurang memahami aturan atau norma yang yang telah ditetapkan. Misal pada suatu undangan jamuan, maka disebutkan bahwa pengunjung harus mengikuti dress code untuk mengenakan baju resmi warna hitam. Apabila seseorang pengunjung tidak membaca aturan tersebut, kemudian mendatangi jamuan tersebut dengan mengenakan baju warna putih. Tentu saja saat itu dia akan menjadi outlier. Satu putih di antara banyak hitam. Kalau yang ini sih bukan karena rasa percaya diri yang tinggi hanya karena tidak tahu aturan saja.

Outlier tentu saja tidak dapat dianggap selalu salah. Memang harus dilihat dalam perspektif mana dia akan dianggap salah. Kalau hanya sekedar berbeda sedikit dari kelompok mayoritas maka boleh saja dibenarkan, meski memang dalam penilaian oleh populasi tersebut menjadi suatu hal yang aneh dan terkucil sendiri. Kalau dalam pengukuran data ilmiah yang berbeda dengan bentukan kehidupan sosial ini, maka untuk penilaian salah atau tidak (termasuk outlier atau tidak) harus digunakan uji outlier tertentu. Baru dari hasil pengujian inilah suatu data dapat dianggap outlier dan dapat diabaikan untuk populasi data tersebut.

Untuk bagian yang berikut, saya ungkapkan beberapa pengalaman saya untuk menjadi seorang outlier pada suatu situasi. Pengalaman itu terjadi saat aku di negeri jiran ini. Hal-hal itu sebenarnya bukan karena tingkat kepedean saya yang tinggi melainkan karena keterpaksaan saja. Jadi harap maklum ya.

Di daerah Kangar sini, untuk setiap ritual sholat di masjid bagi orang laki-laki yang datang selalu mengenakan kopiah tutup kepala. Kebiasaan saya adalah tidak pernah mengenakan tutup kepala itu, lagipula sholat tetap sah karena bagian lain yang harus ditutup memang sudah tertutup. Jadi pada saat itu kalau diamati maka saya akan menjadi seorang outlier karena tidak mengenakan tutup kepala sendiri.

Idul Adha 1430

Kalau ada undangan kenduri perkawinan atau kenduri lain, saya kadang menghadiri dan menjadi outlier sendiri karena penampilan. Untuk menghormati sang empunya hajat maka tentu saja saya harus mengenakan pakaian terbaik saya. Pilihan saya adalah untuk mengenakan baju batik saya. Namun karena memang baju batik ini adalah khas untuk Indonesia, maka kalau dikenakan di lingkungan negeri jiran ini menjadi berbeda. Memang ada beberapa orang sini yang mengenakan baju batik lokal, namun dari sisi motif akan jauh berbeda. Tamu lain kadang langsung dapat menebak asal saya dari perbedaan tampilan tersebut. Saya kira perbedaan ini memang tidak menjadi masalah besar karena mereka senang juga kita sudah mendatangi undangan mereka.

Demikian semoga tulisan ini dapat menjadi wacana ringan bahwa kadang dalam situasi tertentu memang akan memaksa atau membuat kita menjadi seorang yang berbeda dalam kelompok mayoritas. Pada saat menjadi outlier seperti itu tentu saja diperlukan sikap atau langkah untuk menyesuaikan diri atau mempertahankan yang sudah terjadi tetapi tetap menghormat ketentuan mayoritas tersebut.

Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan.

 

Iqmal Tahir

Satu tanggapan »

  1. Mus-Aceh berkata:

    tulisan yang bagus…

  2. Indah berkata:

    kwkwk….terlalu pede tp bisa mau-maluin… 🙂

  3. erry berkata:

    outlier perlu diuji dengan uji outlier saja.

  4. b d' ima berkata:

    berani tampil beda ya mix?…..

Tinggalkan komentar