Berita soal pemberitaan air liur bayi yang kemudian berubah menjadi kristal mungkin sebaiknya dibaca dulu. Berita kronologisnya telah disarikan di link ini. Untuk dapat memahami secara runtut hendaknya pembaca dapat mengakses keseluruhan tulisan secara berseri ini yang terdiri dari bagian : Satu, Dua, Tiga, Empat dan Lima.

Membaca peristiwa kejadian pembentukan kristal dari air liur bayi ini memang masih menyisakan banyak tanda tanya. Saya mencoba menuliskan pada bagian ini untuk mencari penyelesaian terbaik mencari jawaban yang diperlukan bagi kasus ini. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dan dapat dilakukan secara ilmiah untuk membuktikan hal ini, seperti diuraikan di bawah ini.

Peristiwa pembentukan kristal dari air liur pada kasus itu disebutkan kalau mulai muncul secara tiba-tiba sejak bulan Februari 2012. Apabila ada kelainan, tentunya tidak mungkin hal ini muncul secara tiba-tiba. Setelah itu kemudian berlangsung sampai sekarang, dan jika terlus berlanjut tentunya masih akan dapat diteliti secara mendalam. Tentunya hal ini juga tidak akan berhenti mendadak segera setelah hal ini menjadi bahan berita. Jika kedua orang tua ini ikhlas untuk kebaikan kesehatan anaknya, tentunya dapat rela memeriksakan kondisi bayi tersebut untuk pemeriksaan secara lebih mendalam. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang lebih terjamin.

Ada dua macam analisis yang perlu dilakukan, yakni untuk analisis kesehatan sang bayi termasuk pengamatan seksama proses pembentukan kristal dari air liur tersebut serta analisis unsur kristal yang terkandung dalam sampel.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah :

  1. Pembentukan kristal dari air liur ini dapat diamati lagi secara obyektif untuk dilakukan di tempat yang netral dan bukan di lokasi rumah sekarang. Pengamatan dapat dilakukan secara visual langsung oleh orang dengan didampingi orang tua yang bersangkutan, atau melalui rekaman menggunakan kamera video.
  2. Air liur secara alami pasti akan ada yang masuk dalam saluran pencernaan selain yang keluar lewat mulut saat masih bayi. Dengan analogi yang sama, tentunya kristal serupa akan dijumpai dalam kotoran bayi tersebut. Jika melihat kasus yang sudah terjadi dimana sifat kaca sangat keras maka sangat boleh jadi di dalam perut akan terjadi gangguan pencernaan tetapi selalu ada yang dapat keluar bersama kotoran. Untuk itu diperlukan pemeriksaan yang seksama juga pada kotoran bayi tersebut.
  3. Pembentukan kristal yang disebutkan berlangsung di luar mulut, mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan turbidimeter untuk mengetahui laju kekeruhan sampel air liur selama pengkristalan. Jika proses pengkristalan terlalu cepat dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan pada temperatur tertentu.
  4. Uji kristalinitas dan unsur penyusun batu kristal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Xray Diffraktometer (XRD) untuk penentuan jenis kristal. Alat ini terdapat di Jurusan Kimia FMIPA UGM atau di lembaga peneliti material lainnya di Indonesia. Dengan penentuan spektra kristal, maka dapat diketahui puncak-puncak spektra yang menjadi penciri bidang kristal tertentu dan kemudian dikonfirmasi dari database untuk menunjukkan jenis kristal tersebut. Alat ini saya kira sudah cukup kuat dan akurat untuk menentukan jenis kristal dan unsur yang ada dalam batu kristal ini. Hampir semua penelitian modern untuk penentuan jenis kristal adalah dengan menggunakan instrumentasi XRD ini. Jadi hal ini akan dapat membuktikan benar tidaknya penelitian awal yang mengatakan bahwa sampel berupa bahan kaca, yang terbukti tidak larut dalam asam sulfat pekat, terdapat banyak gelembung kaca, dan lain-lain.
Alat instrumentasi XRD untuk analisis kristal.

Alat instrumentasi XRD untuk analisis kristal.

Contoh difraktogram dari kristal kalsium fosfat.

Contoh difraktogram dari kristal kalsium fosfat.

Dari hasil penelitian di atas maka akan dapat menjawab kepastian jenis dan komposisi batu kristal, mekanisme dan sumber penyebab pembentukan batu kristal tersebut, sekaligus menjawab masalah kesehatan yang diderita oleh sang bayi sehingga dapat ditangani sejak awal.

Dari hasil penelitian juga dapat menjawab keraguan akan dugaan kalau batu itu palsu dan bukan berasal dari air liur. Jika saja dugaan bahwa kristal itu benar berupa bahan kaca silika atau glass bead maka perlu dicari darimana bayi tersebut memperolehnya. Hal ini sangat mungkin dapat menjadi kasus karena sangat mungkin ada bola kaca yang tertelan masuk dalam perut sang bayi. Mungkin saja bayi tersebut memperoleh bola kaca itu dari sumber lain yang tidak diketahui oleh orang tua yang bersangkutan.

Batu kristal yang dihasilkan dari air liur sang bayi.

Batu kristal yang dihasilkan dari air liur sang bayi.

Benda-benda berbentuk bola seperti ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti mainan anak-anak (kelereng atau gundu), bola untuk penstabil cairan cat pada kaleng cat seprot, peralatan laboratorium, atau asesoris mainan. Untuk benda berbentuk bola yang mungkin dihasilkan dari bahan non kaca misal dapat diperoleh dari mata hewan (ayam, ikan).

Pembuktian akan kristal tersebut tetap harus dilakukan baik untuk tujuan kebaikan kesehatan sang bayi serta untuk menjawab keingintahuan masyarakat luas. Dengan adanya pembuktian ini maka jelas tidak ada pihak yang dirugikan selama semua berlangsung secara alamiah.

Semoga bermanfaat.

Ini tulisan secara berseri, terdiri dari bagian : Satu, Dua, Tiga, Empat dan Lima.

Baca tulisan lain soal misteri (tapi tetap nalar) :

Satu tanggapan »

Tinggalkan komentar